Jumat, 28 Oktober 2011

CERPEN Cinta Express Sumber Kencono


Cinta Express Sumber Kencono
        Siang tu perjalanan yang sangat melelahkan sekali diterminal bis yang dipadati hiruk pikuk dan lalu-lalag kendaraan sudan menjadi pemandangan yang biasa hari itu. Sementara teriknya mentari tak membuat sedikitpun para pengais rejeki untuk sejenak menepiskan letihnya. Sumber Kencono. Ya, itulah nama bis yang sedang dipenuhi para penumpang disisi lain beberapa pedagang asongan terlihat sibuk menawarkan jajanannya disela-sela musik anak jalanan yang menambah bisingnya suasana saat itu, disetiap sudut kursi yang dipadati penumpang bermacam-macam pula yang mereka lakukan ada yang sedang membaca koran ada juga yang sibuk berbincang sesekali terdengar lirih tangisan anak kecil yang mungkin saja kegerahan, maklum saja bis yang tanpa dilengkapi dengan AC itu mungkin saja membuat panas udara didalam apalagi kepulan asap rokok yang memenuhi ruangan itu membuat perih mataku. Aku mengambil sebotol air mineral yang aku taruh di sebelahku dan meminumnya, benar saja mungkin ini adalah perjalanan yang sangat melelahkan. Bunyi klakson bis yg sering terdengar membuat kepalaku semakin pusing, namun beberapa saat kemudian saat bis mulai berangkat kembali rasa lelah itu seolah terhapus dan tertinggal diterminal tadi ketika tak sengaja mataku tertuju pada cewek yang berdiri tak jauh dari tempat duduku dan sesekali aku mencoba memperhatikannya, mungkin itu hanya rasa simpatikku kepadanya, aku fikir mungkin hanya sbatas itu. Aku mencoba menghilangkan penat yang ada dengan bermain facebook di hp ku, namun niatku itu tak membuat mataku teralihkan pada cewek itu. Lagi-lagi nyanyian musik anak jalanan silih berganti terdengar dan penumpangpun ada juga yang naik dan ada juga yang turun sementara cewek itu tetap berdiri disana menanti ada kursi yang kosong buatnya, sering aku merasakan bis yang ngerem mendadak membuatku sedikit  tidak nyaman dan nampaknya cewek itupun terlihat hampir saja terjatuh kalau saja tidak segera berpegangan kursi, mungkin karena supir bis sedikit ugal-ugalan, sebenarnya aku ingin memberikan tempat duduku kepadanya, namun niatku aku urungkan disamping dia agak jauh aku takut kalau dia malah menolak dan aku tak dapat membayangkan bagaimana kalau aku menjadi pahlawan yang kesiangan.
            Selang beberapa jam kemudian kursi-kursi yang tadinya dipenuhi dengan penumpang sekarang sedikit demi sedikit mulai berkurang dan satu tempat duduk ada yang kosong tepat berada didepan cewek itu, disandarkannya segera tubuhnya yang terlihat kelelahan setelah berdiri beberapa jam diperjalanan, kutarik nafas panjang-panjang sepertinya rasa lega juga mengahampiriku kala itu. Aku memang bukan orang yang mudah mengagumi sesuatu tapi saat ini aku tidak tahu perasaan apa yang timbul dihatiku, yang aku tahu aku hanya udah bersyukur banget karena Tuhan telah menganugrahiku sepasang mata hingga aku bisa melihat cewek secantik dia.
            Hampir lima jam lamanya aku berada diperjalanan dan sepertinya perjalananku hampir berakhir, matahari yang tadi sepertinya masih merajai langit namun sekarang  kedudukanya mulai terlihat direbut oleh warna senja yang keemasan ketika Nampak dari balik gunung dan hamparan  luasnya persawahan, beberapa saat kemudian terdengar suara teriakan kenek bis yang menandakan aku telah sampai diterminal dimana aku harus berganti bis untuk melanjutkan perjalananku kembali dan aku fikir ini adalah ksempatan terakhir aku melihat cewek itu, namun aku terkejut saat aku menatap kedepan kenapa cewek itu sudah tak berada lagi didepanku, mataku mencari-cari sambil melangkahkan kakiku turun dari bis itu, perlahan aku menatap setiap sudut terminal namun aku tak melihatnya lagi, sepertinya aku harus meninggalkan harapanku dan tak dapat melihatnya lagi. Aku pun segera menaiki bis yang harus mengantarkanku sampai dikota tujuanku, namun lagi-lagi aku dibuat terkejut saat didalam bis yang baru saja aku naiki dari belakang diantara deretan kursi-kursi paling depan Nampak seorang cewek yang sepertinya itu cewek tadi dibis sebelumnya akupun mencoba meyakinkan hatiku dan mendekatinya, awalnya aku ragu mau duduk disebelahnya karena kursi yang lain juga masih terlihat kosong tapi aku fikir kesempatan ini tak akan datang untuk kedua kalinya sampai akhirnya aku memberanikan diri.
            “maaf… boleh aku duduk disini?”  sapaku sambil menunjuk kursi yang kebetulan kosong disebelahnya, dan diapun dengan ramah mempersilahkan aku duduk, dan kini aku sepertinya bisa bernafas lega. Pertama kali aku melihatnya matanya yang tajam membuatku merasa gugup dan sepertinya aku merasa terbungkam karena aku tak dapat mengatakan apa-apa selain rasa deg-degan dihatiku. Maklum saja baru kali ini aku merasakan perasaan seperti ini. Ketika itu angin yang masuk dari celah jendela membuat rambutnya tersibak dan membuat jelas wajah itu sesekali aku perhatikan, aku bingung aku mereka-reka apa yang harus aku katakan disaat aku sudah berada dalam posisi yang aku harapkan dan sepertinya aku terlihat bodoh saat ini, sebenernya aku ingin mengatakan sesuatu tapi nyaliku sepertinya terlalu kecil untuk melakukan hal itu.
            Beberapa menit sudah berlalu bis itu semakin melaju kencang, dan sepertinya hujan mau turun, sedikit demi sedikit aku melihat butiran-butiran air itu mulai menapaki dan memenuhi kaca bis depan hingga terlihat penuh, sepertinya langit sudah tak sanggup lagi menahan derasnya air yang segera turun, begitu pula aku yang tak sanggup menahan perasaanku. Sedikit berbasa-basi aku mulai bersapa tanya pada cewek yang kebetulan memakai baju berwarna biru itu, obrolanpun berlangsung lama sampai aku semakin terasa dekat hingga aku memberanikan diri meminta nomer hp nya berharap ini akan bisa menjadi awal yang baik, diapun memberikannya kepadaku.
“oh, ya..ngomong-ngomong kita belum kenalan nih…kalo boleh tahu nama kamu siapa?..”  tanyaku sambil menjulurkan tangan kananku dan menyebut namaku
            “arjuna…”
            Fida, itulah nama cewek yang lahir pada tanggal 7 April tersebut, rambutnya yang panjang dan matanya yang tajam membuat wajahnya selalu segar meski lelah menghampirinya sejak siang tadi, suaranya yang lembut membuat aku semakin betah berlama-lama duduk disebelahnya, tapi sepertinya waktu tak mau bersahabat denganku.
            “Maaf, aku udah sampai nih….” katanya pelan…
Aku memang seorang penulis, bisa juga aku seorang novelis, tapi aku sadar aku bukan perayu ulung atau pujangga cinta yang mampu meluluhkan hati seorang wanita hanya dengan sebuah kata, aku juga bukan seorang pembual hebat yang hanya secepat kilat mampu merobohkan hati seseorang…
Akupun baru sadar kalau aku ternyata lagi-lagi harus turun ditempat yang sama dengannya, “lho? Kebetulan juga nih,aku juga turun disini…” jawabku membalanya. Akupun beranjak turun meninggalkan bis yang berlalu, aku lihat sepertinya hujan mulai malas meniduri bumi kubangan-kubangan yang berada dipinggir jalanpun mulai mengering diantara rerumputan yang tak tagi bergoyang, aku melihat jam yang ada di hpku waktu itu tepat jam delapan malam lebih lima belas menit lalu lalang kendaraan masih terlihat ramai,
“kamu mau kemana sekarang??” Tanya Fida dengan senyuman kecil yang menghiasi wajahnya.
            “aku kejalan Wahid hasyim…kalo kamu????”  jawabku sambil melontarkan Tanya pada cewek yang dibesarkan dikota Kediri itu.
“kok bias sama lagi??aneh ya…..” begitu keheranan dia saat akupun ternyata mau kearah yang sama dengannya, mungkin hanya kebetulan saja, tapi aku cukup senang malam ini bisa bersama-sama dengan cewek yang mungkin membuat aku terasa terhipnotis karenanya, tapi itu hanya perasaanku saja, aku tahu mungkin itu lucu dan sepertinya mustahil bagiku untuk membayangkan lebih jauh lagi.
            
           Beberapa menit kemudian lagi-lagi aku dengan dia duduk berdampingan,tapi kali ini lain, ini lebih mengasikan dari yang aku bayangkan. Diatas becak sambil melalui jalanan yg dipadati gedung-gedung dibawah pijaran lampu kota sambil bercerita aku menghabiskan lamanya perjalanan dengan Fida.
            “gak  nyangka ya kita bisa sama-sama lagi….”
“he’em…tapi kamu anaknya asik juga kok….”  Sahutnya membalasku.
Tak terasa 30 menit berlalu dan aku kali ini benar-benar harus pisah dengannya
“aku dah sampai nih…aku turun sini ya…” kataku.
            “tankz ya Juna dah mo nemenin aku….” Mungkin itu kata terakhir yang aku dengar darinya, dengan berat aku melangkahkan kakiku aku fikir tak seharusnya waktu secepat ini berjalan namun aku harus rasional karena aku bukan anak kecil yang hanya bisa berfikir sebatas yang tak lebih dari keegoisanku sendiri.
           
              Namun Tuhan sepertinya tak mengharapkan aku sampai disini menceritakan apa yang telah membungai hatiku kala itu, keesokan harinya aku mencoba iseng-iseng dengan ngelike statusnya yang ada di jejaring social facebook yang diberikannya waktu dibis saat aku ngobrol dengannya selama diperjalanan. Namun sepertinya itu sia-sia hampir beberapa kali  aku melakukannya namun tak satupun ia respon hal itu, dan aku baru menyadari kalau aku punya nomer hp nya, aku sms ke Fida dengan harapan kali ini dia mau membalas pesanku, dan tepat!!! Dia benar membalas pesanku, awalnya dia seperti jutekin smsku saat aku membaca balasan smsnya. Lama-lama aku merasa mungkin ini adalah hal terbodoh yang aku lakukan dan tak seperti yang aku bayangkan, seiring jalannya waktu akupun perlahan bisa sedikit tak berfikir lagi tentangnya dan beberapa hari kemudian tiba-tiba saat aku bangun dari tidurku aku mendengar lagu dari D’Masiv “haruskah diriku…menanti keajaiban…berharap dirimu… bisa bersanding denganku…”
dengan cepat aku meraih hp ku yang berada dimeja tak jauh dari tempat tidurku begitu kagetnya aku ternyata sms itu dari Fida,
“maaf jun,kmaren-kemaren aku gak sempet bales sms kamu soalnya aku sibuk sama kerjaanku…” sms dia saat aku baca.
Akupun segera membalasnya, berawal dari itu aku mulai lagi semakin dekat dengannya hampir setiap saat aku selalu sms kedia entah itu hanya sekedar menanyakan bagaimana kabarnya. Memang benar mungkin pepatah mengatakan kalau kita hanya butuh satu menit untuk mengungkapkan cinta dan mungkin hanya butuh satu jam untuk bisa saling mengenal dan juga mungkin hanya butuh satu hari untuk kita mencoba saling memahami, tetapi jika untuk melupakan sesuatu dibenak kita mungkin bagi aku seumur hidupkupun sepertinya itu tak akan cukup untuk aku agar bisa melakukannya. Hari itu tepat tanggal 23 oktober 2011, meski aku baru mengenal Fida hal itu tak membuatku ragu dan mengatakan bahwa aku memang bener-bener menaruh hati kepadanya. Aku memang seorang penulis, bisa juga aku seorang novelis, tapi aku sadar aku bukan perayu ulung atau pujangga cinta yang mampu meluluhkan hati seorang wanita hanya dengan sebuah kata-kata, aku juga bukan seorang pembual hebat yang hanya secepat kilat mampu merobohkan hati seseoran, namun aku hanya berharap agar Tuhan tak menciptakan duri-duri ketika aku melangkah dimana aku mencari kebahagiaanku.
Malam itu hampir dua jam aku menelfonnya akupun mencoba meyakinkan dia kalau aku berharap bisa membuatnya bahagia kelak dan aku begitu serius dengan apa yang aku ucapkan saat itu.
“aku gak minta kamu menjawabnya sekarang Fid, mungkin saat aku bisa bertemu kamu nanti aku ingin saat itu kamu menjawabnya” kataku panjang lebar padanya. Karna malam semakin larut akupun mengakhiri telpon itu namun aku tetep tak bisa pejamkan mataku malam itu, sambil mengingat-ingat saat pertama aku ketemu dengannya aku iseng membuat cerpen yang mengisahkan crita ini dengan harapan akhir cerita ini sama dengan apa yang aku tuliskan melalui hatiku lewat pena yang menemaniku malam itu.
            Seminggu sudah berlalu, dan kebetulan aku ditugaskan kerja lagi dikota dimana aku bisa bercerita ini, dengan senang hati akupun menemui Fida ketika ia pulang dari kerjanya. Kitapun pergi menghabiskan malam dan aku bilang kalau aku menulis cerita tentang saat-saat kita ketemu dari awal sampai sekarang, diapun membaca cerpen yang aku buat…sesekali dia tersenyum mungkin dia fikir alu sedikit aneh karena belum lama aku mengenalnya tapi aku bisa jatuh hati kepadanya.
“kok endingnya aku nerima kamu??? Kan aku belum jawab apa-apa sama kamu jun….”  tanyanya padaku. Saat itu aku rasakan detak jantungku semakin cepat berdetak sepertinya aku tak bisa berkata apa-apa lagi selain mengatakan
“Fid, aku berharap banget kamu bisa tau isi hatiku saat ini, aku serius dengan ucapanku dulu, dan saat ini sesuai ucapanku aku ingin saat kita ketemu, kamu mau menjawab apa yang udah aku katakana sama kamu dulu…”  terangku pada Fida.
“tapi jun, aku minta maaf…” suaranya terhenti ketika aku memutus bicaranya..
            “aku tau kok Fid, mungkin aku terlalu cepat mengatakan cinta tapi aku Cuma mau jujur dengan apa yang ada dalam hatiku selama ini, dan aku bisa nerima kok kalau kamu menolak aku, wajarlah kalau kamu menolaknya tapi setidaknya kita masih bisa berteman kan??” ungkapku dengan rasa yang mungkin aku tak dapat menjelaskanya dengan kata-kata.
“iya….aku minta maaf kalau aku saat ini GAK BISA NOLAK KAMUUUU…!!!”
Seketika itu kata-katanya membuat aku seperti terendam dalam bungkahan es ditengah-tengah samudera atlantic!!!!!

www.kamus-arjuna.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar