Cinta
Express Sumber Kencono
Siang
tu perjalanan yang sangat melelahkan sekali diterminal bis yang dipadati hiruk
pikuk dan lalu-lalag kendaraan sudan menjadi pemandangan yang biasa hari itu.
Sementara teriknya mentari tak membuat sedikitpun para pengais rejeki untuk
sejenak menepiskan letihnya. Sumber Kencono. Ya, itulah nama bis yang sedang
dipenuhi para penumpang disisi lain beberapa pedagang asongan terlihat sibuk
menawarkan jajanannya disela-sela musik anak jalanan yang menambah bisingnya
suasana saat itu, disetiap sudut kursi yang dipadati penumpang bermacam-macam
pula yang mereka lakukan ada yang sedang membaca koran ada juga yang sibuk
berbincang sesekali terdengar lirih tangisan anak kecil yang mungkin saja
kegerahan, maklum saja bis yang tanpa dilengkapi dengan AC itu mungkin saja
membuat panas udara didalam apalagi kepulan asap rokok yang memenuhi ruangan itu
membuat perih mataku. Aku mengambil sebotol air mineral yang aku taruh di
sebelahku dan meminumnya, benar saja mungkin ini adalah perjalanan yang sangat
melelahkan. Bunyi klakson bis yg sering terdengar membuat kepalaku semakin
pusing, namun beberapa saat kemudian saat bis mulai berangkat kembali rasa
lelah itu seolah terhapus dan tertinggal diterminal tadi ketika tak sengaja
mataku tertuju pada cewek yang berdiri tak jauh dari tempat duduku dan sesekali
aku mencoba memperhatikannya, mungkin itu hanya rasa simpatikku kepadanya, aku fikir
mungkin hanya sbatas itu. Aku mencoba menghilangkan penat yang ada dengan
bermain facebook di hp ku, namun niatku itu tak membuat mataku teralihkan pada
cewek itu. Lagi-lagi nyanyian musik anak jalanan silih berganti terdengar dan
penumpangpun ada juga yang naik dan ada juga yang turun sementara cewek itu tetap
berdiri disana menanti ada kursi yang kosong buatnya, sering aku merasakan bis
yang ngerem mendadak membuatku sedikit tidak nyaman dan nampaknya cewek itupun terlihat hampir saja terjatuh kalau saja tidak segera berpegangan kursi, mungkin karena
supir bis sedikit ugal-ugalan, sebenarnya aku ingin memberikan tempat duduku
kepadanya, namun niatku aku urungkan disamping dia agak jauh aku takut kalau dia
malah menolak dan aku tak dapat membayangkan bagaimana kalau aku menjadi pahlawan yang
kesiangan.
Selang beberapa jam kemudian
kursi-kursi yang tadinya dipenuhi dengan penumpang sekarang sedikit demi
sedikit mulai berkurang dan satu tempat duduk ada yang kosong tepat berada didepan
cewek itu, disandarkannya segera tubuhnya yang terlihat kelelahan setelah
berdiri beberapa jam diperjalanan, kutarik nafas panjang-panjang sepertinya
rasa lega juga mengahampiriku kala itu. Aku memang bukan orang yang mudah mengagumi
sesuatu tapi saat ini aku tidak tahu perasaan apa yang timbul dihatiku, yang aku
tahu aku hanya udah bersyukur banget karena Tuhan telah menganugrahiku sepasang
mata hingga aku bisa melihat cewek secantik dia.

“maaf…
boleh aku duduk disini?” sapaku
sambil menunjuk kursi yang kebetulan kosong disebelahnya, dan diapun dengan
ramah mempersilahkan aku duduk, dan kini aku sepertinya bisa bernafas lega. Pertama
kali aku melihatnya matanya yang tajam membuatku merasa gugup dan sepertinya
aku merasa terbungkam karena aku tak dapat mengatakan apa-apa selain rasa
deg-degan dihatiku. Maklum saja baru kali ini aku merasakan perasaan seperti
ini. Ketika itu angin yang masuk dari celah jendela membuat rambutnya tersibak
dan membuat jelas wajah itu sesekali aku perhatikan, aku bingung aku
mereka-reka apa yang harus aku katakan disaat aku sudah berada dalam posisi
yang aku harapkan dan sepertinya aku terlihat bodoh saat ini, sebenernya aku
ingin mengatakan sesuatu tapi nyaliku sepertinya terlalu kecil untuk melakukan
hal itu.
Beberapa menit sudah berlalu bis itu
semakin melaju kencang, dan sepertinya hujan mau turun, sedikit demi sedikit aku
melihat butiran-butiran air itu mulai menapaki dan memenuhi kaca bis depan
hingga terlihat penuh, sepertinya langit sudah tak sanggup lagi menahan derasnya air
yang segera turun, begitu pula aku yang tak sanggup menahan perasaanku. Sedikit
berbasa-basi aku mulai bersapa tanya pada cewek yang kebetulan memakai baju
berwarna biru itu, obrolanpun berlangsung lama sampai aku semakin terasa dekat
hingga aku memberanikan diri meminta nomer hp nya berharap ini akan bisa menjadi
awal yang baik, diapun memberikannya kepadaku.
“oh, ya..ngomong-ngomong kita belum
kenalan nih…kalo boleh tahu nama kamu siapa?..” tanyaku sambil menjulurkan tangan kananku dan
menyebut namaku
“arjuna…”
Fida, itulah nama cewek yang lahir
pada tanggal 7 April tersebut, rambutnya yang panjang dan matanya yang tajam
membuat wajahnya selalu segar meski lelah menghampirinya sejak siang
tadi, suaranya yang lembut membuat aku semakin betah berlama-lama duduk
disebelahnya, tapi sepertinya waktu tak mau bersahabat denganku.
Aku memang seorang penulis, bisa juga aku
seorang novelis, tapi aku sadar aku bukan perayu ulung atau pujangga cinta yang
mampu meluluhkan hati seorang wanita hanya dengan sebuah kata, aku juga bukan
seorang pembual hebat yang hanya secepat kilat mampu merobohkan hati seseorang…
Akupun baru sadar kalau aku ternyata
lagi-lagi harus turun ditempat yang sama dengannya, “lho? Kebetulan juga nih,aku juga turun disini…” jawabku
membalanya. Akupun beranjak turun meninggalkan bis yang berlalu, aku lihat
sepertinya hujan mulai malas meniduri bumi kubangan-kubangan yang berada
dipinggir jalanpun mulai mengering diantara rerumputan yang tak tagi bergoyang, aku melihat jam yang ada di hpku waktu itu tepat jam delapan malam
lebih lima belas menit lalu lalang kendaraan masih terlihat ramai,
“kamu mau kemana sekarang??” Tanya
Fida dengan senyuman kecil yang menghiasi wajahnya.
“aku
kejalan Wahid hasyim…kalo kamu????” jawabku sambil melontarkan Tanya pada cewek
yang dibesarkan dikota Kediri itu.
“kok bias sama lagi??aneh ya…..”
begitu keheranan dia saat akupun ternyata mau kearah yang sama dengannya,
mungkin hanya kebetulan saja, tapi aku cukup senang malam ini bisa bersama-sama
dengan cewek yang mungkin membuat aku terasa terhipnotis karenanya, tapi itu
hanya perasaanku saja, aku tahu mungkin itu lucu dan sepertinya mustahil bagiku
untuk membayangkan lebih jauh lagi.
Beberapa menit kemudian lagi-lagi aku dengan dia duduk berdampingan,tapi kali ini lain, ini lebih mengasikan dari yang aku bayangkan. Diatas becak sambil melalui jalanan yg dipadati gedung-gedung dibawah pijaran lampu kota sambil bercerita aku menghabiskan lamanya perjalanan dengan Fida.
“gak nyangka ya kita bisa sama-sama lagi….”
“he’em…tapi kamu anaknya asik juga kok….”
Sahutnya membalasku.
Tak terasa
30 menit berlalu dan aku kali ini benar-benar harus pisah dengannya
“aku dah sampai nih…aku turun sini ya…” kataku.
“tankz
ya Juna dah mo nemenin aku….” Mungkin itu kata terakhir yang aku dengar
darinya, dengan berat aku melangkahkan kakiku aku fikir tak seharusnya waktu
secepat ini berjalan namun aku harus rasional karena aku bukan anak kecil yang
hanya bisa berfikir sebatas yang tak lebih dari keegoisanku sendiri.
Namun Tuhan sepertinya tak mengharapkan aku sampai disini menceritakan apa yang telah membungai hatiku kala itu, keesokan harinya aku mencoba iseng-iseng dengan ngelike statusnya yang ada di jejaring social facebook yang diberikannya waktu dibis saat aku ngobrol dengannya selama diperjalanan. Namun sepertinya itu sia-sia hampir beberapa kali aku melakukannya namun tak satupun ia respon hal itu, dan aku baru menyadari kalau aku punya nomer hp nya, aku sms ke Fida dengan harapan kali ini dia mau membalas pesanku, dan tepat!!! Dia benar membalas pesanku, awalnya dia seperti jutekin smsku saat aku membaca balasan smsnya. Lama-lama aku merasa mungkin ini adalah hal terbodoh yang aku lakukan dan tak seperti yang aku bayangkan, seiring jalannya waktu akupun perlahan bisa sedikit tak berfikir lagi tentangnya dan beberapa hari kemudian tiba-tiba saat aku bangun dari tidurku aku mendengar lagu dari D’Masiv “haruskah diriku…menanti keajaiban…berharap dirimu… bisa bersanding denganku…”
dengan
cepat aku meraih hp ku yang berada dimeja tak jauh dari tempat tidurku begitu
kagetnya aku ternyata sms itu dari Fida,
“maaf jun,kmaren-kemaren aku gak sempet
bales sms kamu soalnya aku sibuk sama kerjaanku…” sms
dia saat aku baca.
Akupun
segera membalasnya, berawal dari itu aku mulai lagi semakin dekat dengannya hampir setiap
saat aku selalu sms kedia entah itu hanya sekedar menanyakan bagaimana kabarnya. Memang
benar mungkin pepatah mengatakan kalau kita hanya butuh satu menit untuk
mengungkapkan cinta dan mungkin hanya butuh satu jam untuk bisa saling mengenal
dan juga mungkin hanya butuh satu hari untuk kita mencoba saling memahami,
tetapi jika untuk melupakan sesuatu dibenak kita mungkin bagi aku seumur
hidupkupun sepertinya itu tak akan cukup untuk aku agar bisa melakukannya. Hari itu
tepat tanggal 23 oktober 2011, meski aku baru mengenal Fida hal itu tak
membuatku ragu dan mengatakan bahwa aku memang bener-bener menaruh hati kepadanya.
Aku memang seorang penulis, bisa juga aku seorang novelis, tapi aku sadar aku
bukan perayu ulung atau pujangga cinta yang mampu meluluhkan hati seorang
wanita hanya dengan sebuah kata-kata, aku juga bukan seorang pembual hebat yang hanya
secepat kilat mampu merobohkan hati seseoran, namun aku hanya berharap agar
Tuhan tak menciptakan duri-duri ketika aku melangkah dimana aku mencari
kebahagiaanku.
Malam
itu hampir dua jam aku menelfonnya akupun mencoba meyakinkan dia kalau aku
berharap bisa membuatnya bahagia kelak dan aku begitu serius dengan apa yang
aku ucapkan saat itu.
“aku gak minta kamu menjawabnya sekarang
Fid, mungkin saat aku bisa bertemu kamu nanti aku ingin saat itu kamu
menjawabnya” kataku panjang lebar padanya. Karna malam
semakin larut akupun mengakhiri telpon itu namun aku tetep tak bisa pejamkan
mataku malam itu, sambil mengingat-ingat saat pertama aku ketemu dengannya aku
iseng membuat cerpen yang mengisahkan crita ini dengan harapan akhir cerita ini
sama dengan apa yang aku tuliskan melalui hatiku lewat pena yang menemaniku
malam itu.
Seminggu sudah berlalu, dan
kebetulan aku ditugaskan kerja lagi dikota dimana aku bisa bercerita ini,
dengan senang hati akupun menemui Fida ketika ia pulang dari kerjanya. Kitapun pergi
menghabiskan malam dan aku bilang kalau aku menulis cerita tentang saat-saat
kita ketemu dari awal sampai sekarang, diapun membaca cerpen yang aku buat…sesekali
dia tersenyum mungkin dia fikir alu sedikit aneh karena belum lama aku
mengenalnya tapi aku bisa jatuh hati kepadanya.
“kok endingnya aku nerima kamu??? Kan aku
belum jawab apa-apa sama kamu jun….” tanyanya padaku. Saat itu aku rasakan detak
jantungku semakin cepat berdetak sepertinya aku tak bisa berkata apa-apa lagi
selain mengatakan
“Fid, aku berharap banget kamu bisa tau
isi hatiku saat ini, aku serius dengan ucapanku dulu, dan saat ini sesuai
ucapanku aku ingin saat kita ketemu, kamu mau menjawab apa yang udah aku katakana
sama kamu dulu…” terangku
pada Fida.
“tapi jun, aku minta maaf…” suaranya
terhenti ketika aku memutus bicaranya..
“aku
tau kok Fid, mungkin aku terlalu cepat mengatakan cinta tapi aku Cuma mau jujur
dengan apa yang ada dalam hatiku selama ini, dan aku bisa nerima kok kalau kamu
menolak aku, wajarlah kalau kamu menolaknya tapi setidaknya kita masih bisa
berteman kan??” ungkapku dengan rasa yang mungkin aku tak dapat
menjelaskanya dengan kata-kata.
“iya….aku minta maaf kalau aku saat ini
GAK BISA NOLAK KAMUUUU…!!!”
Seketika
itu kata-katanya membuat aku seperti terendam dalam bungkahan es
ditengah-tengah samudera atlantic!!!!!
www.kamus-arjuna.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar